6.1 Pengertian Line Balancing
Line balancing atau penyeimbang lintasan merupakan
penyamaan waktu operasi berbagai pekerjaan pemesinan sehingga seimbang antara
satu sama lain (Nasrullah, 1997). Line balancing berhubungan erat dengan
produksi massal. Sejumlah perakitan dikelompokkan ke dalam beberapa pusat pekerjaan
yang selanjutnya
disebut sebagai stasiun kerja (Kusuma, 1999).
Lini
produksi merupakan penempatan area-area kerja dimana operasi-operasi diatur
secara berurutan dan material bergerak secara continue melalui operasi yang terangkai seimbang (Baroto, 2002).
Menurut karakteristik proses produksi, lini produksi dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Lini fabrikasi, adalah lintasan produksi yang terdiri
atas sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk
benda kerja.
2.
Lini perakitan, adalah lintasan produksi yang terdiri
atas sejumlah operasi perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan
digabungkan menjadi benda assembly
atau subassembly.
6.1.1 Input Line Balancing
Apabila
suatu stasiun bekerja di bawah
kecepatan lintasan maka stasiun tersebut akan memiliki waktu menganggur. Tujuan
akhir line balancing adalah memaksimalkan
kecepatan di setiap stasiun kerja sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi
di setiap stasiun kerja. Kajian ini memiliki input yang diperlukan untuk merencanakan keseimbangan lintasan,
yaitu (Kusuma, 1999):
1.
Suatu jaringan kerja
yaitu terdiri atas rakitan simpul dan anak panah, yang menggambarkan urutan
pekerjaan. Hal tersebut berarti bahwa urutan pekerjaan ini dimulai dan berakhir
pada suatu simpul.
2.
Data waktu baku
pekerjaan tiap operasi yang diturunkan dari perhitungan waktu baku pekerjaan
operasi pekerjaan.
3.
Kecepatan lintasan
yang diinginkan. Hal tersebut berarti bahwa kecepatan lintasan yang ingin
dihasilkan dalam satu periode. Kendala akan muncul jika salah satu operasi
memiliki kecepatan yang lebih rendah dari kecepatan lintasan yang diinginkan.
Penyelesaian masalah tersebut dapat diatasi dengan dua alternatif pilihan yang
ditempuh, yaitu
a.
Kecepatan lintasan
yang diinginkan diturunkan berdasarkan waktu operasi yang terbesar. Konsekuensi
dari kecepatan lintas aktual yang lebih besar dari kecepatan lintas yang
diinginkan yaitu lintas pekerjaan tidak mungkin tepat waktu sesuai permintaan
sehingga diperlukan penambahan shift kerja.
b.
Kecepatan operasi
yang terlambat dinaikkan sehingga menjadi lebih besar. Caranya ialah dengan
menambah jumlah operator per produk.
Kedua alternatif tersebut
memiliki dampak terhadap ongkos produksi. Alternatif pertama meningkatkan
ongkos lembur, sedangkan alternatif kedua menyebabkan ongkos rekrut dan
peningkatan ongkos reguler. Line balancing memiliki suatu diagram
yang menggambarkan urutan dari pekerjaan yaitu precedence diagram
(Nasrullah, 1997).
6.1.2 Pengertian
Lini Perakitan
Lini
perakitan (assembly line) adalah
sebuah lini produksi yang mana material atau bahan bergerak secara continue dalam tingkat rata-rata seragam
pada seluruh urutan stasiun kerja dimana pekerjaan perakitan dilakukan. Lini
perakitan akan menjadi bagian utama dari manufacturing
dan operasi perakitan, walupun pekerjaannya mungkin digantikan oleh robot.
Pengaturan kerja sepanjang lini perakitan akan bervariasi sesuai ukuran produk
yang akan dirakit, kebutuhan proses pendahuluan, ketersediaan ruang, elemen
pengerjaan, dan kondisi pengerjaan yang akan dikenakan pada job (Baroto, 2002). Adapun dua permasalahan penting dalam penyeimbangan lini adalah:
1. Penyeimbangan antar stasiun
kerja.
2.
Menjaga kelangsungan produksi didalam lini perakitan.
Lingkaran pada diagram menyimbolkan
operasi pemesinan. Angka di dalam lingkaran hanya menunjukkan nomor
identifikasi, garis panah menunjukan aliran material dari suatu operasi ke
operasi berikutnya. Angka di dekat lingkaran menunjukan waktu baku pemesinan
(Nasrullah, 1997).
Penyeimbangan waktu diperlukan dengan
cara menggabungkan dua atau lebih operasi sedemikian rupa menjadi stasiun kerja
sehingga waktu antar stasiun relatif sama. Panjang waktu operasi yang selama
itu sebuah komponen berada pada sebuah stasiun adalah waktu siklus (cycle
time) yang didapatkan dengan cara sebagai berikut (Nasrullah, 1997).
Waktu yang dibutuhkan pada stasiun kerja melebihi waktu
tersedia bagi suatu operator maka operator tambahan diperlukan pada stasiun
tersebut. Secara teoritis jumlah minimum operator pada lintasan produksi yang
sudah dikembangkan adalah sebagai berikut (Nasrullah, 1997).
Line balancing juga
memiliki beberapa
batasan atau definisi istilah yang umum digunakan pada pembahasannya. Definisi
istilah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut (Purnomo, 2004).
a.
Elemen kerja
Elemen kerja yaitu pekerjaan
yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan.
b.
Stasiun kerja atau work
station
Stasiun kerja yaitu lokasi-lokasi
tempat elemen kerja dikerjakan.
c.
Waktu siklus atau cycle
time
Waktu siklus yaitu waktu
yang diperlukan untuk membuat satu unit produk pada stasiun kerja.
d.
Waktu operasi
Waktu operasi yaitu waktu
standar untuk menyelesaikan suatu operasi.
e.
Delay time
atau idle time
Delay
time yaitu selisih antara waktu siklus
dengan waktu stasiun kerja. Delay time
merupakan waktu menganggur yang terjadi di setiap stasiun kerja.
f.
Balance delay
Balance delay yaitu rasio antara waktu idle
time dalam lini perakitan dengan waktu yang tersedia.
g.
Precedence diagram
Precedence diagram yaitu diagram
yang menggambarkan
urutan dan keterkaitan antar elemen kerja perakitan sebuah produk.
6.1.3 Metode-metode Dalam Keseimbangan Lini
Terdapat
3 metode dalam keseimbangan lini yang
dapat digunakan dalam memecahkan suatu masalah keseimbangan. Berikut
ini adalah 3 metode yang digunakan dalam keseimbangan lini (Subagyo, 1983):
1.
Metode heuristic,
yaitu suatu metode yang berdasarkan pengalaman
(kualitatif) atau intuisi, yang terdiri atas:
a. Largest
Candidate
b. Region
Approach/killbridge and wester
c. Al
Arcu’s
d. Ranked
Positional Weight/ Hegelson Birne
2. Metode analitik atau matematis,
yaitu metode berdasarkan perhitungan kualitatif dan yang termasuk metode ini
adalah Branch and Bound.
3.
Metode
4.
simulasi, yaitu metode yang berdasarkan pengalaman
(kuantitatif). Simulasi ini sendiri adalah duplikasi dari persoalan dalam
kehidupan nyata ke dalam model matematika yang biasanya dilakukan dengan
memakai komputer. Adapun yang termasuk ke dalam
metode simulasi ialah:
- COMSOAL (Computer
Method of Sequencing Operation far Assembly Lines)
- CALB (Computer Assembly
Line or Aided Keseimbangan
lini)
- ALBACA (Assembly Keseimbangan lini an Control
Activity)
6.1.4 Tujuan Keseimbangan Lini
Tujuan line
balancing adalah meningkatkan efisiensi tiap stasiun kerja dan
menyeimbangkan lintasan sehingga seluruh stasiun kerja dalam lintasan bekerja
dengan kecepatan yang optimal. Sampai saat ini belum ada metode yang mampu
menghasilkan solusi optimal terkecuali dengan menggunakan simulasi komputer.
Metode-metode yang telah dikembangkan hanya mendekati solusi optimal.
Metode-metode yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut (Kusuma, 1999).
1. Metode
bobot posisi
Metode
heuristik yang paling awal ialah metode bobot posisi. Metode ini diusulkan oleh
W. B. Helgeson dan D. P. Birnie. Penjelasan dari metode ini adalah sebagai
berikut (Kusuma, 1999).
a.
Hitung kecepatan
lintasan yang diinginkan. Kecepatan lintasan aktual adalah kecepatan lintasan
yang diinginkan atau kecepatan operasi paling lambat jika waktu operasi paling
lambat lebih kecil dari lintasan yang diinginkan.
b.
Buat matriks
keterdahuluan berdasarkan jaringan pekerjaan.
c.
Hitung bobot posisi
tiap operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu operasi tersebut dan
operasi-operasi yang mengikutinya.
d.
Urutkan operasi mulai
dari bobot posisi terbesar sampai dengan posisi terkecil.
e.
Lakukan pembebanan
operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi dengan bobot posisi terbesar
sampai dengan bobot posisi terkecil dengan kriteria total waktu operasi lebih
kecil dari kecepatan lintasan yang ditentukan.
f.
Hitung efisiensi
rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
g.
Gunakan prosedur trial
and error untuk mencari pembebanan yang menghasilkan efisiensi rata-rata
lebih besar.
h.
Mengulangi langkah f dan g sampai tidak ditemukan lagi stasiun kerja yang memiliki
efisiensi rata-rata yang lebih tinggi.
2. Metode
wilayah (region approch)
Metode
ini telah dikembangkan oleh Bedworth untuk mengatasi kekurangan metode bobot
posisi. Metode ini belum mampu memberikan solusi optimal, namun sudah cukup
baik dan mendekati optimal. Prinsip metode ini berusaha membebankan terlebih
dahulu operasi yang memiliki tanggung jawab keterdahuluan yang besar. Bedwort
menyebutkan bahwa kegagalan metode bobot posisi mendahulukan operasi dengan
waktu operasi terbesar daripada operasi dengan waktu operasi yang tidak terlalu
besar, namun diikuti oleh banyak operasi lainnya. Langkah dasar metode wilayah
adalah sebagai berikut (Kusuma, 1999).
a.
Hitung kecepatan
lintasan yang diinginkan. Kecepatan lintasan adalah kecepatan produksi yang
diinginkan atau kecepatan operasi yang paling lambat jika waktu operasi paling
lambat lebih kecil dari kecepatan lintasan yang diinginkan.
b.
Bagi jaringan kerja
ke dalam wilayah-wilayah dari kiri ke kanan.
c.
Urutkan pekerjaan
mulai waktu operasi terbesar sampai dengan waktu operasi terkecil dari setiap
wilayah.
d.
Bebankan pekerjaan
dengan urutan sebagai berikut:
a)
Daerah paling kiri
terlebih dahulu.
b)
Bebankan pekerjaan
dengan waktu operasi terbesar pertama kali setiap antar wilayah.
c)
Memutuskan apakah
utilisasi waktu telah dapat diterima pada akhir tiap pembebanan stasiun kerja.
Apabila tidak, maka periksa seluruh pekerjaan yang memenuhi hubungan
keterkaitan dengan operasi yang telah dibebankan.